Rabu, 08 Januari 2014

Sekilas tentang film "Grave of The Fireflies"



Grave of The Fireflies yang berarti “Kuburan para Kunang-kunang” ini bukan menceritakan tentang hantu atau misteri, tetapi tentang dua kakak beradik yang berjuang melawan kejamnya hidup pada masa perang dunia II.  Ahli sejarah animasi Ernest Rister menyandingkan film animasi ini dengan film Steven Spielberg: Schindler’s List dan menyatakan:  “It is the most profoundly human animated film I’ve ever seen”. DAEBAK!!

Film hasil adaptasi dari novel semi-autobiografi karya Akiyuki Nosaka ini memang mengambil cerita nyata kehidupannya yang kehilangan adik perempuannya karena kelaparan di jaman perang akhir tahun 1945. See,this is based true story! Film ini diproduksi oleh Studio Ghibli pada tahun 1988, Waaaaaah…*film lama ternyata, saya belom lahir tuh. Studio Ghibli ini memang saya kenal sebagai studio film yang banyak menghasilkan film-film terkenal seperti My Neighbor Tororo yang udah dibahas pada postingan sebelumnya.

 
Cerita diawali dari serangan pesawat sekutu yang menyerang sebuah kota di Jepang. Bicara sedikit sejarah, pasca serangan Jepang di Pearl Harbor di Hawaii, Amerika menyerang balik dengan melepas bom nuklir yang meluluh-lantahkan dua kota di Jepang, tetapi tidak sampai disitu, Amerika dan sekutunya membabat habis kota-kota di jepang dengan “firebombing”, mereka membakar kota-kota di Jepang yang banyak menimbulkan banyak kematian rakyat sipil, kebakaran, dan kelaparan. Aksi firebombing di Jepang saat itu membuat tanah jepang tak henti-hentinya mengeluarkan asap berbau daging manusia! 

Peristiwa ini juga membuat kakak beradik Seita dan Setsuko menjadi yatim piatu. Keduanya kehilangan rumah dan mulai menjalani hidup dengan penuh keprihatinan. Berpindah-pindah tempat tinggal, sampai mencuri untuk hanya sekedar memperoleh makanan mereka lakoni. Seita adalah sosok kakak yang selalu ingin melindungi adik perempuannya, Setsuko yang masih polos dan tidak tahu apa-apa. Dalam kehidupan yang sulit pun mereka sempat masih tersenyum dan merasakan indahnya persaudaraan dan kasih sayang.

Tetapi hidup terkadang terlalu kejam untuk anak-anak seumuran mereka. Bagaimanakah Seita dan Setsuko bertahan hidup dalam kelaparan? Sampai kapan Setsuko menyebut kumpalan tanah adalah sebuah nasi kepal? Sampai kapan Setsuko harus menunggu Seita membelikan sekaleng permen buah untuknya?

Sebuah film kemanusiaan yang sangat menyentuh saya. Jujur saya menangis menonton film ini. Film yang mengakat sebuah hal-hal sederhana, realistis tetapi penuh arti. Film yang menggambarkan bahwa perang bukan hanya sekedar adu kekuatan antar bangsa, tetapi menimbukan banyak tragedi kemanusiaan di baliknya. Film yang menggugah hati kita bahwa hidup di negara merdeka adalah sebuah berkah yang tidak terkira.

Tidak banyak dialog dalam film ini, tetapi justru disitulah saya bisa merasakan betapa pedihnya penderitaan keduanya. Jika anda belum pernah menangis saat menonton film animasi, tontonlah film ini. 

>>The Quotes<<
Setsuko: Why must fireflies die so young?
*
Setsuko: I lost a shoe!
Seita : Don’t worry, I’ll buy you the better ones!
*
Setsuko : Seita. Have one.
[Holds out rocks]
Seita: Setsuko, what?
Setsuko: Rice balls. I made them for you. Here, have one.
[Seita starts crying
Setsuko: You don’t want them?
Seita: Setsuko.
[Cries]
***
Omo! Ternyata film animasi ini pernah di film-kan (bukan animasi), cek covernya, saya juga baru tahu.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

T_T kasihan terakhir dedeknya... hiks hiks hiks
nice review :)

Nurul Abdillah mengatakan...

Gumawo ^^

Film kartun pertama yg bikin air mataku meleleh T.T

Posting Komentar

 
;