Grave of The Fireflies yang berarti “Kuburan para Kunang-kunang”
ini bukan menceritakan tentang hantu atau misteri, tetapi tentang dua kakak beradik yang berjuang melawan kejamnya hidup pada masa perang dunia II.
Ahli sejarah animasi Ernest
Rister menyandingkan
film animasi ini dengan film Steven Spielberg: Schindler’s List dan menyatakan: “It is
the most profoundly human animated film I’ve ever seen”. DAEBAK!!
Film
hasil adaptasi dari novel semi-autobiografi karya Akiyuki Nosaka ini memang
mengambil cerita nyata kehidupannya yang kehilangan adik perempuannya karena
kelaparan di jaman perang akhir tahun 1945. See,this
is based true story! Film
ini diproduksi oleh Studio Ghibli pada tahun 1988, Waaaaaah…*film
lama ternyata, saya belom lahir tuh. Studio Ghibli ini memang saya kenal
sebagai studio film yang banyak menghasilkan film-film terkenal seperti My Neighbor Tororo yang udah dibahas pada postingan sebelumnya.
Cerita diawali dari serangan pesawat
sekutu yang menyerang sebuah kota di Jepang. Bicara sedikit sejarah, pasca serangan
Jepang di Pearl Harbor di Hawaii, Amerika menyerang balik dengan melepas bom
nuklir yang meluluh-lantahkan dua kota di Jepang, tetapi tidak sampai disitu,
Amerika dan sekutunya membabat habis kota-kota di jepang dengan “firebombing”,
mereka membakar kota-kota di Jepang yang banyak menimbulkan banyak kematian
rakyat sipil, kebakaran, dan kelaparan. Aksi firebombing di Jepang saat itu
membuat tanah jepang tak henti-hentinya mengeluarkan asap berbau daging
manusia!
Peristiwa ini juga membuat kakak beradik
Seita dan Setsuko menjadi yatim piatu. Keduanya kehilangan rumah dan mulai
menjalani hidup dengan penuh keprihatinan. Berpindah-pindah tempat tinggal,
sampai mencuri untuk hanya sekedar memperoleh makanan mereka lakoni. Seita
adalah sosok kakak yang selalu ingin melindungi adik perempuannya, Setsuko yang
masih polos dan tidak tahu apa-apa. Dalam kehidupan yang sulit pun mereka
sempat masih tersenyum dan merasakan indahnya persaudaraan dan kasih sayang.
Tetapi hidup terkadang terlalu kejam
untuk anak-anak seumuran mereka. Bagaimanakah Seita dan Setsuko bertahan hidup
dalam kelaparan? Sampai kapan Setsuko menyebut kumpalan tanah adalah sebuah nasi kepal?
Sampai kapan Setsuko harus menunggu Seita membelikan sekaleng permen buah untuknya?
Sebuah
film kemanusiaan yang sangat menyentuh saya. Jujur saya menangis menonton film ini. Film yang mengakat sebuah hal-hal sederhana, realistis
tetapi penuh arti. Film yang menggambarkan bahwa perang bukan hanya sekedar adu
kekuatan antar bangsa, tetapi menimbukan banyak tragedi kemanusiaan di
baliknya. Film yang menggugah hati kita bahwa hidup di negara merdeka adalah
sebuah berkah yang tidak terkira.
Tidak banyak dialog dalam film ini,
tetapi justru disitulah saya bisa merasakan betapa pedihnya penderitaan
keduanya. Jika anda belum pernah menangis saat menonton film animasi, tontonlah
film ini.
>>The Quotes<<
Setsuko: Why must fireflies die so young?
*
Setsuko: I lost a shoe!
Seita : Don’t worry, I’ll buy you the better ones!
Seita : Don’t worry, I’ll buy you the better ones!
*
Setsuko : Seita. Have one.
[Holds out rocks]
Seita: Setsuko, what?
Setsuko: Rice balls. I made them for you. Here, have one.
[Seita starts crying]
Setsuko: You don’t want them?
Seita: Setsuko.
[Cries]
[Holds out rocks]
Seita: Setsuko, what?
Setsuko: Rice balls. I made them for you. Here, have one.
[Seita starts crying]
Setsuko: You don’t want them?
Seita: Setsuko.
[Cries]
***
Omo! Ternyata film animasi ini pernah di
film-kan (bukan animasi), cek covernya, saya juga baru tahu.
2 komentar:
T_T kasihan terakhir dedeknya... hiks hiks hiks
nice review :)
Gumawo ^^
Film kartun pertama yg bikin air mataku meleleh T.T
Posting Komentar